Langsung ke konten utama

Polrestabes Bongkar Pemerasan Mengaku Anggota Polri dan BNN

SURABAYA, PENDOBRAKNEWS.COM - Jajaran Polisi Resort Kota Besar (Polrestabes) Surabaya meringkus pemerasan yang mengaku-ngaku anggota Polri dari Unit Jatanras Satreskrim Polrestabes dan BNN.  

“Kejadian pemerasan terjadi April 2022, setelah kita lakukan analisa dan pembututan. Lalu pemeriksaan CCTV akhirnya 7 orang pelaku berhasil kami tangkap,” jelas AKBP Mirzal Maulana di depan wartawan saat konferensi pers di Mapolrestabes Surabaya, Rabu (6/7/2022) .

Tujuh pelaku tersebut berinisial HL (32) asal Perum Parawisata Sidoarjo, AY (44) warga Kemantren Sidoarjo, MHN (37) asal Wonomlati Sidoarjo, SP (45) asal Jalan Kedung Klinter Surabaya, DS (39) asal Jalan Wonorejo Surabaya, SBS (52) dari Dusun Banar Sidoarjo, dan MA (39) asal Dusun Lempung Sidoarjo.

AKBP Mirzal menjelaskan pelaku beraksi dengan modus menuduh korban terlibat transaksi narkoba. Sekali libas, pelaku langsung mendapat 2 korban dari satu warung kopi.

“Mereka mengaku-ngaku sebagai Polri dan BNN lalu menuduh orang menggunakan narkoba lalu dipaksa dimintai uang. Awalnya masing-masing orang diperas Rp20 juta dan Rp25 juta,” jelasnya. Tak sampai di situ, korban sampai dipukuli untuk dipaksa mengakui perbuatan yang tidak mereka lakukan.

Kekerasan bertubi-tubi ini membuat korban akhirnya menyerah dan mau tidak mau merogoh uang untuk diserahkan ke petugas gadungan ini. Korban terpaksa mengambil uang di ATM untuk diserahkan ke pelaku sesuai nominal yang dipunyai.

“Satu korban menyerahkan Rp950 ribu dan satunya lagi Rp1 juta. Karena dirasa kurang akhirnya satu unit motor Vario milik korban diambil dan dijual pelaku ke Bandung,” ujarnya menerangkan.

AKBP Mirzal menjelaskan, tujuh pelaku ini sudah merencanakan pembagian peran untuk meyakinkan korban bahwa mereka petugas betulan.

“Mereka sudah punya peran masing-masing. Siapa yang menakut-nakuti, siapa yang jadi anak buah. Jadi mereka bersandiwara, ada yang jadi bawahan dan yang jadi komandan,” paparnya.

Lalu, kata AKBP Mirzal, korban diinterogasi ketujuh pelaku di dalam mobil Sigra yang disewa pelaku. Pelaku tidak menyebut persis, berapa lama rencana aksi dilakukan. Tapi AKBP Mirzal menyebut bahwa korban dibidik secara acak. “Korban dipilih acak. Tidak ada profiling sebelumnya,” imbuhnya.

Kepolisian berharap kedepannya tidak ada lagi yang mengaku-ngaku sebagai petugas Polri maupun BNN yang melakukan kekerasan kepada masyarakat yang memang tidak tahu menahu dan menegaskan bahwa tidak ada cara kerja polisi seperti yang dilakukan para pelaku.(sas/tin)